Welcome Reader
Tampilkan postingan dengan label SAINS. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SAINS. Tampilkan semua postingan

Jumat, 13 November 2020

PENCEMARAN AIR - PENYEBAB, DAMPAK, PENCEGAHAN DAN SOLUSI


Air adalah unsur yang memiliki peran paling penting dalam kehidupan setiap makhluk yang hidup di muka bumi ini. Suatu pernyataan tersebut adalah salah satu pengertian air secara umum. Secara ilmiah, air bisa diartikan sebagai sebuah senyawa kimia yang terdiri dari dua unsur, yaitu unsur H2 (hidrogen) yang berikatan dengan unsur O2 (oksigen) yang kemudian menghasilkan senyawa air (H2O). Penjelasan ilmiah lain tentang pengertian air menyebutkan jika air adalah sebuah zat pelarut. Air merupakan sebuah zat pelarut yang memiliki fungsi penting dalam kehidupan makhluk hidup. Hal tersebut karena sifat kimia air yang bersifat melarutkan sehingga berperan penting dalam proses metabolisme makhluk hidup.

Secara sederhana, air juga bisa diartikan sebagai sebuah sumber kehidupan dan tanda kehidupan. Merupakan sumber kehidupan karena setiap makhluk yang hidup di muka bumi ini memerlukan air untuk bisa bertahan hidup. Dilain sisi, air juga diartikan sebagai tanda kehidupan. Hal tersebut tidak lain karena di dalam tubuh manusia sebagian besar tersusun dari air, sehingga ketika tidak ada air  maka tidak akan ada kehidupan pada manusia. Maka dengan begitu, bisa ditarik satu kesimpulan bahwa secara garis besar air merupakan senyawa yang memiliki peran penting dalam mendukung segala sisi kehidupan bagi makhluk hidup yang ada di permukaan bumi ini. Dengan begitu pentingnya air dalam kehidupan, maka kita perlu menjaga sumber air kita tetap besih dan terjaga dari limbah yang dapat merusak sumber air. Oleh karena itu, dalam makalah ini kita akan belajar tentang pencemaran air yang ada disekitar kita. Sehingga kita dapat menjaga dan memperbaikinya agar air tetap terjaga demi investasi masa depan.

 

PENGERTIAN PECEMARAN AIR

Pencemaran air adalah masuknya suatu zat atau benda dan komponen lainya yang berbahaya sehingga menyebabkan air menjadi turun kualitasnya pada tingkatan tertentu yang dapat menyebabkan air tidak lagi dalam keadaan yang layak untuk dimanfaatkan.  Pencemaran ini biasanya terjadi karena ulah tangan manusia, baik yang disengaja maupun tidak. Namun juga ada beberapa yang disebabkan oleh alam. Air biasanya disebut tercemar ketika terganggu oleh kontaminan antropogenik, dan ketika tidak bisa mendukung kehidupan manusia, seperti air untuk di minum dll, dan juga air yang tercemar mengalami pergeseran yang ditandai dalam kemampuannya untuk mendukung komunitas penyusun biotik, seperti ikan dan makluk air lainnya.

Fenomena alam seperti gunung berapi, badai, dan gempa bumi juga menyebabkan perubahan besar dalam kualitas air dan status ekologi air. Pencemaran yang terjadi karena fenomena alam tidak dapat berimplikasi dengan hukum, tetapi pemerintah harus menanggulangi serta membantu masyarakat dalam upaya pengembalian air yang tidak tercemar.

Secara awam air yang tercemar dapat terlihat dengan mudah. Misalnya warnanya keruh, karena biasanya orang memiliki pendapat bahwa air yang baik itu jernih dan tidak keruh. Selain dari kekeruhanya biasanya juga dari warnanya yang tembus cahaya atau transparan. Ada juga dari baunya yang menyengat yang menandakan air itu pasti tercemar, dan juga bisa dirasakan dengan kulit, misalnya jika tidak tercemar terasa menyegarkan tetapi jika tercemar bisa menyebabkan gatal-gatal, dan juga bisa dengan mengetahui dari rasanya. 

Pencemaran air akibat dari kontaminasi industri, pertanian, peternakan maupun rumah tangga, telah menyababkan menurunya kualitas air yang cukup signifikan.  Hal ini terjadi karena kebutuhan dan kurangnya kesadaran terhadap pentinya menjaga sumber air. Jika sumber air dikelola dengan benar maka akan interaksi yang sangat menguntungkan bagi manusia, seperti contohnya untuk konsumsi, pembangkit listrik, pariwisata dll.

 

INDIKATOR PENCEMARAN AIR

Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan tingkat kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu, warna, bau dan rasa. Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan zat kimia yang terlarut, pada perubahan pH. Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan mikroorganisme yang ada dalam air, terutama ada tidaknya bakteri pathogen. Indikator yang umum diketahui pada pemeriksaan pencemaran air adalah pH atau konsentrasi .

Pada pengamatan fisis dapat diamati walaupun tanpa menggunakan penelitian yang mendalam misalnya dengan melihat warna airnya, biasanya warna air yang keruh adalah indikator pertama yang dapat dilihat bahwa air tersebut tercemar atau tidak. Kemudian perubahan suhu air yang biasanya memiliki suhu ruang yang sesuai suhu ditempat tersebut jika suhu ruangnya lebih panas atau lebih dingin maka bisa dibuat indikator awal bahwa air tersebut tercemar.  Misalnya air dapat meningkat suhunya karena belerang ataupun air dapat lebih dingin karena zat kapur. Kemudian dengan indikator bau, air yang jernih tidak berbau. Jadi suatu air yang memiliki bau khususnya bau telur busuk (belerang) atau bahkan menyengat dapat diindikasi bahwa air tersebut tercemar karena dihasilkan hydrogen sulfide (H2S). Kemudian rasa, bahwa air yang tidak tercemar tidak memiliki rasa. Jika sebuah air yang memiliki rasa tidak enak bisa dijadikan indikator bahwa air tersebut tercemar.

 
 
Pada pengamatan kimia ini memerlukan pengamatan dan uji kandungan pada air yang tercemar, misalnya perubahan pH yang disebabkan karena detergen atau sabun yang menjadikan nilai pH lebih dari 7 atau lebih dari normalnya, sehingga air tersebut menjadi basa.  karena air yang baik adalah air yang netral yaitu memiliki pH 7. Selain itu, ada juga pengukuran menggunakan parameter kadar oksigen terlarut (Dissolved Oxygen/DO) digunakan untuk menentukan apakah perairan sudah tercemar berat atau tidak. Bila kadar DO perairan sudah lebih kecil dari 3 mg/l, maka dapat dipastikan perairan tersebut tercemar limbah organik. Kadar DO<3 mg/l merupakan kadar kritis terjadinya kematian masal ikan atau biota dalam perairan. Kadar DO normal pada suhu 25-27 0C adalah 5-7 mg/l. Ada pula yang disebut parameter BOD (Biological Oxygen Demand) yang mengindikasikan beban bahan organik dalam perairan juga dapat digunakan untuk menentukan level pencemaran perairan. Air bersih atau air tawar normal mempunyai BOD sebesar 0-7 mg/l, dan bila perairan mengalami pencemaran sedang maka kadar BOD berkisar 7-15 mg/l, dan pencemaran berat bila kadar BOD sudah lebih dari 15 mg/l. Nilai BOD dapat diperoleh dengan menggunakan BOD meter dan hasilnya dapat dibandingkan dengan Baku Mutu Kualitas Air.

Kehadiran beberapa jenis  hewan makro dan mikro dalam air dapat digunakan sebagai bioindikator pencemaran air.  Ditemukannya Cacing Sutera (Tubifex), dan lintah di suatu perairan sudah dapat dipastikan terjadinya pencemaran perairan dari limbah organik. Hewan makro air jenis Cacing Sutera menunjukkan perairan sudah tercemar berat limbah organik, sedangkan kehadiran Lintah dalam air menunjukkan terjadinya pencemaran air dalam level sedang. Oleh sebab itu, ditemukannya lintah di perairan Danau Toba sudah dapat dipastikan bahwa Danau Toba sudah mengalami pencemaran limbah organik pada tingkat sedang, yang kemungkinan besar berasal dari limbah domestik, limbah kegiatan perikanan, peternakan dan industri pariwisata sekitar Danau Toba. Oleh sebab itu, perlu perhatian serius dari seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) pengembangan kawasan Danau Toba sebagai destinasi wisata internasional untuk mengendalikan sumber limbah organik ke perairan danau tersebut.

Selain hewan makro, jenis organisme mikro khususnya Coliform juga dapat digunakan sebagai bioindikator pencemaran air akibat kotoran manusia dan hewan. Kehadiran bakteri Eschericia coli dalam air memastikan bahwa perairan itu sudah dimasuki tinja atau fekal manusia dan hewan.


DAMPAK PENCEMARAN AIR

Air adalah salah satu unsur yang sangat diperlukan oleh manusia. Dimana wilayah bumi ini 2/3 nya adalah berupa perairan.  Salah satu fungsi air adalah dikonsumsi sebagai minuman ataupun untuk mengolah bahan makanan. Oleh karena itu dampak dari perairan yang tercemar sangatlah berbahaya bagi kesehatan manusia. Beberapa penyakit yang berhubungan dengan air (Waterborne Deseases) telah dikenal sejak lama, pencemaran air minum oleh air limbah atau oleh kotoran manusia (tinja) yang mengandung organisme dapat menimbulkan penyakit, virus, bakteria patogen dan sebagainya, dan dapat menyebar dengan cepat ke seluruh sistem jaringan pelayanan air minum tersebut, serta dapat menyebabkan wabah atau peledakan jumlah penderita penyakit di suatu wilayah .

       

Selain penyakit pada manusia pencememaran air juga berdampak pada ekosistem. Jadi air yang tercemar dapat mengganggu ekosistem air seperti matinya binatang baik binatang air maupun binatang yang meminum air yang tercemar tersebut. Selain itu dampak dari pencemaran air juga berimbas pada tumbuhan disekitar aliran air yang tercemar, karena tumbuhan yang tidak kuat dengan pencemaran akan mati. Tetapi jika tidak mati tumbuhan tersebut akan menyerap racun yang ada pada air sehingga jika tumbuhan tersebut dimakan manusia akan berdampak pada kesehatan manusia yang memakannya.


PENCEGAHAN PENCEMARAN AIR

Dalam kehidupan terdapat istilah yang mengatakan lebih baik mencegah dari pada mengobati, begitu juga dalam permasalahan pemcemaran terhadap lingkungan, khususnya pada pencemaran air. Jika air sudah banyak yang tercemar maka keseimbangan pada alam pun akan menurun. Maka dari itu pentingnya menerapkan peduli lingkungan dan pencegahan dari pada pencemaran air sangat disarankan untuk diterapkan pada kehidupan. Pencegahan pencemaran air dapat dilakukan melalui  bebera cara seperti:

  1. Perbaikan kualitas lingkungan sekitar sumber air.
  2. Tindakan pencegahan pencemaran melalui pembangunan instalasi pengolahan air limbah komunal dan melalui penguatan dalam kebijakan perundang-undangan
  3. Penegakan hukum melalui inspeksi rutin
  4. program pemantauan kualitas air dan pengawasan rutin
  5. Pendidikan lingkungan dan sosialiasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan. 

Adapun pencegahan pencemaran air dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan agar dapat meningkatkan kesehatan masyarakat. Salah satu upaya untuk meningkatkan kebersihan lingkungan adalah peningkatan pelayanan air bersih, disamping itu perlu diupayakan perbaikan pada sistem pembuangan limbah atau pengolahan kotoran manusia (tinja), serta dengan memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang pentingnya kebersihan lingkungan atau lebih luas lagi mengenai kesehatan lingkungan.

 

PENANGGULANGAN PENCEMARAN AIR

Sebenarnya penanggulangan pencemaran air dapat dimulai dari diri dan keasadaran sendiri. Dalam keseharian, kita dapat mengurangi pencemaran air dengan cara mengurangi produksi sampah (minimize) yang kita hasilkan setiap hari. Selain itu, kita dapat pula mendaur ulang (recycle) dan mendaur ulang pakai (reuse) sampah tersebut. 

Saat menggunakan sesuatu dan menghasilkan barang yang sudah tidak dipakai lalu di buang sebaiknya perhatikan terlebih dahulu bahan dan jenis zat kimia dalam keseharian kita seperti contohnya dalam mencuci, memupuk, memasak, dan lain sebagainya. Sebagai orang yang bertanggung jawab sebaiknya kita bijak dalam mengatur hal seperti itu yang baik dan berdampak terhadap lingkungan. Dan dalam Dalam penanggulangan pencemaran air, perlu dikenali terlebih dahulu sumber pencemaran, material pencemaran, sifat dan karakter bahan pencemar, kemudian dilakukan pengambilan keputusan untuk mengatasi pencemaran tersebut.   

Pengendalian/penanggulangan pencemaran air di Indonesia telah diatur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas dan Pengendalian Pencemaran Air. Pada prinsipnya ada 2 (dua) usaha untuk menanggulangi pencemaran, yaitu penanggulangan secara non-teknis dan secara teknis. Penanggulangan secara non-teknis yaitu suatu usaha untuk mengurangi pencemaran lingkungan dengan cara menciptakan peraturan perundangan yang dapat merencanakan, mengatur dan mengawasi segala macam bentuk kegiatan industri dan teknologi sehingga tidak terjadi pencemaran. Peraturan perundangan ini hendaknya dapat memberikan gambaran secara jelas tentang kegiatan industri yang akan dilaksanakan, misalnya meliputi AMDAL, pengaturan dan pengawasan kegiatan dan menanamkan perilaku disiplin. Sedangkan penanggulangan secara teknis bersumber pada perlakuan industri terhadap perlakuan buangannya, misalnya dengan mengubah proses, mengelola limbah atau menambah alat bantu yang dapat mengurangi pencemaran. 

Jadi bisa disimpulkan cara menanggulangi pencemaran lingkungan yaitu:

  1. Pembuatan kolam stabilisasi. Kolam stabilisasi dapat menetralisir zat-zat berbahaya dari pencemar untuk mengembalikan air kembali bersih.
  2. IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah). IPAL merupakan contoh sederhana dari septic tank. Manusia pasti menghasilkan limbah selama hidup, baik padat maupun cair. Air limbah seharusnya diolah tersebut sebelum dialirkan atau dibuang ke sungai atau langsung ke tanah, maka fungsi dari IPAL tersebut untuk pengolahan limbah hasil rumah tangga.
  3. Pengelolaan Excrexta (Human Excrexta). Pengelolaan ini ditemukan dalam septictank  yang bisa diolah dengan cara anaerobic menjadi biogas. Setelah itu bisa dimanfaatkan sebagai sumber gas untuk rumah tangga.
  4. Melakukan 4R (Reduce, Reuse, Recycle, Repair)
    • Reduce (Mengurangi). Merupakan upaya agar bisa mengurangi sampah dengan penggunaan benda sekali pakai yang bisa menjadi sampah, misalnya:
      • Ketika berbelanja, sebaiknya membawa tas belanja sendiri sehingga tidak perlu lagi menggunakan kantong plastik.
      • Jangan sering-sering membeli minuman kemasan botol.
      • Kalau minuman sudah habis, botolnya hanya menambah sampah.
    • Reuse (Menggunakan Kembali). Merupakan upaya dengan menggunakan kembali barang-barang tidak terpakai untuk dapat digunakan kembali, dengan tujuan megurangi sampah yang ada. Seperti contoh yaitu:
      • Membiasakan tidak membuang plastik yang didapatkan dari pasar, warung maupun supermarket. Kantung plastik tersebut sebaiknya dikumpulkan agar dapat digunakan kembali apabila membutuhkan untuk membawa barang.
      • Pada kaleng-kaleng bekas bisa digunakan kembali sebagai tempat pensil, pot tanaman, celengan dan sebagainya. Agar lebih indah, kaleng tersebut bisa dicat dan dihias.
    • Recycle (Mendaur Ulang). Meupakan upaya mendaur ulang sampah dan benda yang tidak dipakai. Sampah terbagai menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Cara mendaur ulang sampah oganik salah satunnya bisa dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk kompos, seperti pada sampah daun kering, sisa-sisa makanan, dan limbah rumah tangga. Dan untuk sampah anorganik memiliki tiga golongan dan cara yang bisa dilakukan dalam mendaur ulang sampah tersebut adalah:
      • Mengumpulkan botol-botol plastik sisa minuman, kaleng-kaleng bekas, kertas-kertas bekas, koran, dan majalah.
      • Memilih sampah anorganik, nisalnya sampah kertas, sampah plastik dan kaleng.
      • Antarkan kepada petugas daur ulang yang ada atau pada tukang loak.
    • Repair (Memperbaiki). Merupakan upaya untuk memperbaiki barang-barang yang tidak dipakai dikarenakan rusak agar dapat bisa digunakan kembali. Seperti contohnya:
      • Memperbaiki barang-barang yang sudah rusak seperti baju atau celana yang sudah sobek dan bisa dilakukan dengan menjahitnya kembali untuk bisa digunakan lagi tanpa harus membeli yang baru.
      • Melakukan reboisasi untuk hutan yang gundul. 

 

KESIMPULAN

Pencemaran air adalah masuknya suatu zat atau benda dan komponen lainya yang berbahaya sehingga menyebabkan air menjadi turun kualitasnya pada tingkatan tertentu yang dapat menyebabkan air tidak lagi dalam keadaan yang layak untuk dimanfaatkan. 

Pencemaran air dapat berdampak pada kesehatan. Bencana krisis air dapat merupakan ancaman bagi keberlangsungan generasi yang akan datang. Ditinjau dari segi kualitas dan kuantitas, kondisi sumber air makin menurun dan berkembangnya berbagai sumber penyakit. Tingginya pencemaran air disebabkan limbah industri yang tidak diolah dahulu serta limbah rumah tangga pada pemukiman yang dibuang ke badan sungai. 

Indikator pencemaran air ada secara fisis, kimia, dan juga biologi. Secara fisis bisa dilihat dari warna, au, dan suhunya. Sedangkan secara fisis menggunakan pengukuran pH, DO atau yang bisa dipahami dengan kadar oksigen dalam air, dan satu lagi BOD yang ditentukan dari beban bahan organik yang terkandung pada air. Secara biologi, akan ditemukan mikroba, alga serta kehadiran hewan-hewan mikro maupun makro di dalam air.

Dampak yang dapat ditimbulkan dari pencemaran air adalah pada kesehatan manusia yang menggunakan dan mengkonsumsi air tersebut. Selain itu, pada sekitar aliran air tumbuhan akan mati. Ekosistem dalam perairan tersebut akan terancam karena kandungan-kandungan bahan air tercemar.

Pentingnya menerapkan peduli lingkungan dan pencegahan dari pada pencemaran air sangat disarankan untuk diterapkan pada kehidupan, seperti tetap terus menjaga kebersihan alam dan peduli lingkungan. Diperlukan pendekatan yang aktif bagi penanggulangan pencemaran air, agar dapat dipertahankan kualitas lingkungan yang baik. Pemerintah juga hendaknya mengeluarkan kebijakan yang pada dasarnya merangsang pengguna air untuk melakukan efisiensi dengan menganggap bahwa air merupakan sumberdaya yang terbatas.


SUMBER

Herlambang, Arie. 2006. Pencemaran Air dan Strategi Penanggulanganya. BPPT JAI. Vol. 2 No. 1.

Priadie, Bambang. 2012. Teknik Bioremediasi Sebagai Alternatif Dalam Upaya Pengendalian Pencemaran Air. Jurnal Ilmu Lingkungan. Vol. 10 No. 1 pp 38-48.

Warlina, Lina. 2013. Pencemaran Air: Sumber, Dampak dan Penanggulangannya.  Jurnal Pencemaran Air IPB.

Agustiningsih Dyah, Sasongko Setia Budi, dan Sudarno. 2012. Analisis Kualitas Air Dan Strategi Pengendalian Pencemaran Air Sungai Blukar Kabupaten Kendal. Jurnal Presipitasi. Vol. 9 No. 2.

Kospa Herda Sabriyah Dara dan Rahmadi. 2019. Analisis Kualitas Air dan Strategi Pengendalian Pencemaran Air Sungai Sekanak Kota Palembang. Jurnal Prosiding Seminar Nasional Hari Air Dunia 2019.

Annisa Muhsinah, Abrori Fadhlan Muchlas, dan Listiani. 2018. Pemberdayaan Mahasiswa dalam Penerapan Prinsip Pengelolaan Sampah Menggunakan Pola 4R. Lensa (Lentera Sains): Jurnal Pendidikan IPA. Vol. 8 No. 2 pp 75-81.

 

Jumat, 30 Oktober 2020

BIOREMEDIASI SEBAGAI CARA UNTUK MENGATASI PENCEMARAN

    

Bioremediasi berasal dari dua kata yaitu bio dan remediasi yang dapat diartikan sebagai proses dalam menyelesaikan masalah. “Bio” yang dimaksud adalah organisme hidup, terutama mikroorganisme yang digunakan dalam pemanfaatan pemecahan atau degradasi bahan pencemar lingkungan menjadi bentuk yang lebih sederhana dan aman bagi lingkungan tersebut. Bioremediasi merupakan pengembangan dari bidang bioteknologi lingkungan dengan memanfaatkan proses biologi dalam mengendalikan pencemaran atau polutan. Yang termasuk dalam polutan antara lain logam-logam berat, petroleum hidrokarbon, dan senyawa-senyawa organik terhalogenasi seperti pestisida, herbisida, dan lain-lain. Bioremediasi mempunyai potensi menjadi salah satu teknologi lingkungan yang bersih, alami, dan paling murah untuk mengantisipasi masalah-masalah lingkungan.

Menurut Ciroreksoko (1996), bioremediasi diartikan sebagai proses pendegradasian bahan organik berbahaya secara biologis menjadi senyawa lain seperti karbondioksida (CO2), metan, dan air. Sedangkan menurut Craword (1996), bioremediasi merujuk pada penggunaan secara produktif proses biodegradatif untuk menghilangkan atau mendetoksi polutan (biasanya kontaminan tanah, air dan sedimen) yang mencemari lingkungan dan mengancam kesehatan masyarakat. Jadi bioremediasi adalah salah satu teknologi alternatif untuk mengatasi masalah lingkungan dengan memanfaatkan bantuan mikroorganisme.

    

Tujuan dari bioremediasi adalah untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air) atau mengontrol dan mereduksi bahan pencemar dari lingkungan. Bioremediasi telah memberikan manfaat yang luar biasa pada berbagai bidang, diantaranya yaitu sebagai berikut:

 

1.    Bidang Lingkungan

Pengolahan limbah yang ramah lingkungan dan bahkan mengubah limbah tersebut menjadi ramah lingkungan. Contoh bioremediasi dalam lingkungan yakni telah membantu mengurangi pencemaran dari limbah pabrik, misalnya pencemaran limbah oli di laut Alaska berhasil diminimalisir dengan bantuan bakteri yang mampu mendegradasi oli tersebut.

 

2.    Bidang Industri

Bioremediasi telah memberikan suatu inovasi baru yang membangkitkan semangat industri sehingga terbentuklah suatu perusahaan yang khusus bergerak dibidang bioremediasi, contohnya adalah Regenesis Bioremediation Products, Inc., di San Clemente, Calif.

 

3.    Bidang Ekonomi

Karena bioremediasi menggunakan bahan-bahan alami yang hasilnya ramah lingkungan, sedangkan mesin-mesin yang digunakan dalam pengolahan limbah memerlukan modal dan biaya yang jauh lebih, sehingga bioremediasi memberikan solusi ekonomi yang lebih baik.

 

4.    Bidang Pendidikan

Penggunaan mikroorganisme dalam bioremediasi dapat membantu penelitian terhadap mikroorganisme yang masih belum diketahui secara jelas. Pengetahuan ini akan memberikan sumbangan yang besar bagi dunia pendidikan sains.

Dalam teknologi bioremediasi dikenal dua cara menstimulasi pertumbuhan mikroba, yaitu dengan biostimulai dan bioaugmentasi. Biostimulasi adalah memperbanyak dan mempercepat pertumbuhan mikroba yang sudah ada di dalam tanah tercemar dengan cara memberikan lingkungan pertumbuhan yang diperlukan, yaitu penambahan nutrient (misalnya sumber Nitrogen dan Phospor) dan oksigen. Jika jumlah mikroba yang ada sangat sedikit, maka harus ditambahkan mikroba untuk mencapai jumlah mikroba rata-rata 103 cfu/gram tanah sehingga bioproses dapat dimulai. Mikroba yang ditambahkan adalah mikroba yang sebelumnya diisolasi dari lahan tercemar kemudian setelah melalui proses penyesuaian di laboratorium diperbanyak dan kembalikan ke tempat asalnya untuk memulai bioproses. Penambahan mikroba dengan cara ini disebut sebagai bioaugmentasi. Kondisi lingkungan yang memadai akan membantu mikroba tumbuh, berkembang dan “memakan” polutan tersebut (atau memanfaatkan Carbon dari polutans sebagai sumber energi untuk pertumbuhan). Sebaliknya jika kondisi yang dibutuhkan tidak terpenuhi, mikroba akan tumbuh dengan lambat atau mati. Secara umum kondisi yang diperlukan ini tidak dapat ditemukan di area yang tercemar. Dengan demikian, perencanaan teknis (engineering design) yang benar memegang peranan penting untuk mendapatkan proses bioremediasi yang efektif.

Dalam aplikasi teknik bioremediasi dikenal dua teknik yang sangat umum diterapkan yaitu biopile dan landfarming. Pada teknik biopile, tanah tercemar ditimbun diatas lapisan kedap air dan suplai udara yang diperlukan oleh mikroba dilakukan dengan memasang perpipaan untuk aerasi (pemberian udara) dibawah tumpukan tanah tercemar. Pompa udara dipasang diujung perpipaan sehingga semua bagian tanah yang mengandung mikroba dan polutan berkontak dengan udara. Dengan teknik ini, ketinggian tanah timbunan adalah 1 sampai 1,5 meter. Teknik landfarming dilakukan dengan menghamparkan tanah tercemar diatas lapisan kedap air. Ketebalan hamparan tanah 30 – 50 cm memungkinkan kontak mikroba dengan udara. Untuk menjamin bahwa semua bagian dari tanah yang diolah terkontak dengan udara maka secara berkala hamparan tanah tersebut di balikkan. Nama landfarming digunakan karena proses pembalikan tanah yang dilakukan sama dengan pembalikan tanah pada saat persiapan lahan untuk pertanian.

Teknologi bioremediasi banyak digunakan pada pencemaran di tanah karena beberapa keuntungan menggunakan proses alamiah / bioproses. Tanah atau air tanah yang tercemar dapat dipulihkan ditempat tanpa harus mengganggu aktifitas setempat karena tidak dilakukan proses pengangkatan polutan. Teknik ini disebut sebagai pengolahan in-situ. Teknik bioremediasi yang diterapkan di Indonesia adalah teknik ex-situ yaitu proses pengolahan dilakukan ditempat yang direncanakan dan tanah tercemar / polutan diangkat ke tempat pengolahan.


Ada empat teknik dasar yang biasa digunakan dalam bioremediasi:

1.  Pertama, stimulasi aktivitas mikroorganisme asli (di lokasi tercemar) dengan penambahan nutrien, pengaturan kondisi redoks, optimasi pH, dan sebagainya.

2.  Inokulasi (penanaman) mikroorganisme di lokasi tercemar, yaitu mikroorganisme yang memiliki kemampuan biotransformasi khusus.

3.  Penerapan Immobilized enzymes, yaitu suatu enzim yang dilekatkan pada suatu bahan yang inert dan tidak larut seperti sodium alginate. Dengan sistem ini, enzim dapat lebih tahan terhadap perubahan kondisi seperti pH atau temperatur.

4.  Penggunaan tanaman (phytoremediation) untuk menghilangkan atau mengubah pencemar.

Kekurangan dan Kelebihan Bioremediasi

Kelebihan

Kekurangan

Proses yang lebih diterima masyarakat. Residu yang berupa CO2, H2O, senyawa yang tidak berbahasa, dan biomasa.

Tidak semua senyawa dapat didegradasi total dan cepat.

Secara teori dapat mendegradasi limbah.

Ada kemungkinan senyawa hasil degradasi lebih beracun dan persisten.

Dapat dilakukan in situ tanpa menganggu aktifitas dan tak memperlukan transpor yang dapat menyebabkan tersebarnya kontaminan karena pengangkutan.

Membutuhkan kondisi lingkungan tertentu agar dapat digunakan .

 

Dapat dilakukan pada media padat atau cair

Sulitnya ekstrakpolasi antara skala lab dan pilot projek dengan praktek pada lapangan.

Lebih murah dibandingkan teknologi lain.

Memperlukan waktu yang lebih lama dibanding metode lain.

 

Belum ada batasan yang pasti definisi bersih dan titik akhir untuk bioremediasi.

Kasus Kongkret yang ada di Indonesia

Pertengahan tahun 2012, bioremediasi yang dilakukan PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) dinilai fiktif oleh kejaksaan agung (Kejagung). Pengadilan Tipikor Jakarta tengah mengadili 5 terdakwa. Mereka adalah Ricksy Prematury (Direktur PT Green Planet Indonesia), Herlan Bin Ompo (Direktur Sumigita Jaya), Endah Rumbiyanti alias Rumbi (Manajer Lingkungan SLN/SLS PT CPI), Widodo (Team Leader Sumatera Light North PT CPI) dan Kukuh Kertasafari (Team Leader SLS). Mereka berlima didakwa atas dugaan korupsi proyek normalisasi lahan tercermar minyak atau bioremediasi lahan di Riau. Sebagaimana diketahui, CPI merupakan perusahaan eksplorasi minyak bumi yang terikat production sharing contract (PSC) dengan BP Migas (sekarang berubah menjadi SKK Migas). CPI, selaku perusahaan PSC, mempunyai salah satu kewajiban yaitu memulihkan lahan-lahan yang tercemar akibat operasi dan eksplorasi. Dalam pelaksanaan bioremediasi, CPI menggelar tender di sejumlah lokasi yang menjadi wilayah kerja operasinya. Sepanjang tahun 2006 sampai 2012, ada puluhan tender yang digelar CPI. PT Green Planet Indonesia dan PT Sumigita Jaya memenangkan sejumlah tender yang dilakukan dengan seleksi yang ketat dan transparan.