Welcome Reader

Minggu, 07 Maret 2021

Agama Bagi Manusia

Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Agama akan memelihara manusia dari penyimpangan, kesalahan dan menjauhkannya dari tingkah laku yang negatif. Bahkan agama akan membuat hati manusia menjadi jernih, halus dan suci.

Agama adalah sistem keyakinan atau kepercayaan manusia terhadap sesuatu zat yang dianggap Tuhan. Keyakinan terhadap suatu zat yang dianggap Tuhan itu diperoleh manusia berdasarkan yang bersumber dari pengetahuan diri. Agama juga didefinisikan sebagai sistem kepercayaan, yang di dalamnya meliputi aspek-aspek hukum, moral dan budaya.

Agama merupakan suatu hal yang harus di ketahui makna yang terkandung di dalamnya, dan agama tersebut berpijak kepada suatu kodrat kejiwaan yang berupa keyakinan, sehingga dengan demikian, kuat atau rapuhnya Agama bergantung kepada sejauh mana keyakinan itu tertanam dalam jiwa.

Agama adalah ajaran yang berasal dari Tuhan atau hasil renungan manusia yang terkandung dalam kitab suci yang turun temurun diwariskan oleh suatu generasi ke generasi dengan tujuan untuk memberi tuntunan dan pedoman hidup bagi manusia agar mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat yang di dalamnya mencakup unsur kepercayaan kepada kekuatan gaib yang selanjutnya menimbulkan respon emosional dan keyakinan bahwa kebahagiaan hidup tersebut tergantung pada adanya hubungan yang baik dengan kekuatan gaib tersebut. Agama juga merupakan peraturan yang menghindarkan manusia dari kekacauan serta mengantar mereka hidup dalam keteraturan dan ketertiban.

Agama sebagai bentuk keyakinan manusia terhadap suatu yang bersifat adikodrati (supernatural) dan seakan-akan menyertai manusia dalam ruang lingkup kehidupan  yang luas. Agama juga memiliki nilai-nilai bagi kehidupan secara individu maupun dalam hubungannya dengan kehidupan manusia dalam bermasyarakat. Selain itu agama juga memberi dampak kepada kehidupan sehari-hari.

Secara psikologi, agama dapat berfungsi sebagai motif intrinsik (dalam diri) dan motif ekstrinsik (luar diri) dan motif yang didorong keyakinan agama dinilai memiliki kekuatan yang mengagumkan dan sulit ditandingi oleh keyakinan nonagama baik doktrin maupun ideologi. Agama menurut sosiologi adalah definisi yang empiris. Sosiologi tidak pernah memberikan definisi agama yang evaluative (menilai), sosiologi hanya sanggup memberikan definisi deskriptif (menggambarkan apa adanya) yang mengungkapkan apa yang dimengerti dan dialami pemeluk-pemeluknya.

Manusia merupakan mahluk hidup yang paling sulit dimengerti meskipun oleh dirinya sendiri. Manusia adalah mahluk yang tidak bisa ditebak, namun rasional. Manusia juga memiliki fisik yang baik seperti halnya mahluk hidup lainnya. Manusia juga memiliki akal sehingga dia dapat menciptakan hal-hal yang luar biasa meskipun secara fisik dia tidak mampu melakukannya. kepada Tuhan. Menurut agama Islam, manusia diciptakan di bumi untuk beribadah kepada Allah. Selain itu, manusia diciptakan di bumi sebagai khalifah atau pemimpin di bumi. Manusia membutuhkan agama karena hal tersebut merupakan fitrah manusia. Fitrah tersebutlah yang menyebabkan manusia berhubungan dengan agama untuk mencari jati dirinya.

Tujuan penciptaan manusia adalah untuk menyembah Allah dan menjadi khalifah ardi. Agama memiliki tujuan untuk menjadikan manusia melakasankan segala peran yang diperintahkan Allah. Sehingga agama mengatur segala sendi kehidupan manusia dan dapat dikatakan agama merupakan pengatur manusia untuk menjalankan perannya di muka bumi.

Agama memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan masyarakat, karena agama memberikan sebuah sistem nilai yang memiliki derivasi pada norma-norma masyarakat untuk memberikan pengabsahan dan pembenaran dalam mengatur pola perilaku manusia, baik di level individu dan masyarakat.

Hubungan agama dan masyarakat menyajikan sebuah dilema fundamental yang bisa di kedepankan dalam tiga aspek yaitu:

1.  Agama melibatkan manusia pada situasi akhir di titik mana lahir kesadaran akan hal tertinggi. Disini masalah makna tertinggi dan kedudukan manusia dalam segala rencana tampil ke permukaan.

2.  Agama menyangkut hal suci, karena itu agama berkenaan dengan pemahaman dan tanggapan khusus yang membutuhkan keluhuran pandang atas obyeknya.

3. Agama dilandaskan pada keyakinan, karena itu obyeknya supraempiris (luar biasa) dan ajarannya tidak mungkin diperagakan atau dibuktikan secara empiris.

Fungsi agama dalam masyarakat antara lain :

1.   Berfungsi Edukatif.

Para penganut agama berpendapat bahwa ajaran agama yang mereka anut memberikan ajaran-ajaran yang harus dipatuhi.

2.   Berfungsi Penyelamat.

Keselamatan yang diajarkan oleh agama adalah keselamatan yang meliputi bidang luas.

3.   Berfungsi Sebagai Pendamaian.

Melalui agama seseorang yang bersalah/berdosa dapat mencapai kedamaian batin melalui tuntunan agama.

4.   Berfungsi Sebagai Kontrol Sosial.

Ajaran agama oleh penganutnya dianggap sebagai norma, sehingga dalam hal ini agama dapat berfungsi sebagai pengawasan social secara individu maupun kelompok karena :

a.    Agama secara instansi, merupakan norma bagi pengikutnya.

b.    Agama secara ajaran mempunyai fungsi kritis yang bersifat profetis (wahyu, kenabian).

c.    Berfungsi Sebagai Pemupuk Rasa Solidaritas

d.    Berfungsi Tranformatif

5.   Fungsi memupuk Persaudaraan.

Kesatuan persaudaraan berdasarkan kesatuan sosiologis ialah kesatuan manusia-manusia yang didirikan atas unsur kesamaan.

6.   Fungsi transformatif.

Fungsi transformatif disini diartikan dengan mengubah bentuk kehidupan baru atau mengganti nilai-nilai lama dengan menanamkan nilai-nilai baru yang lebih bermanfaat. Secara umum ada enam fungsi agama dan masyarakat yaitu:

a.    Sebagai pendukung, pelipur lara, dan perekonsiliasi.

b.    Sarana hubungan transendental melalui pemujaan dan upacara Ibadat.

c.    Penguat norma-norma dan nilai-nilai yang sudah ada.

d.    Pengoreksi fungsi yang sudah ada.

e.    Pemberi identitas diri.

f.     Pendewasaan agama.

7.   Berfungsi Sublimatif.

Ajaran agama Islam mengfokuskan segala usaha manusia, bukan saja yang bersifat ukhrawi melainkan juga yang bersifat duniawi.